Rabu, 13 April 2011

I. KONSEP DASAR
A. Pengertian
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, eleman tidak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah dan ada banyak tipe anemia dengan beragam penyebabnya. (Marilyn E, Doenges, Jakarta, 1999)

B. Etiologi
Anemia ini umumnya disebabkan oleh perdarahan kronik. Di Indonesia paling banyak disebabkan oleh infeksi cacing tambang (antilostomiasis). Infeksi cacing tambang pada seseorang dengan makanan yang baik tidak akan menimbulkan anemia.

C. Patofisiologi
Anemia terdiri dari :
- Penurunan produksi : Anemia defisiensi, anemia aplastik dll.
- Peningkatan penghancuran : anemia karena perdarahan, anemia hemolitik, dll.
Pembagian anemia :
- Anemia mikrositik hipokrom
* Anemia defisiensi besi
* Anemia penuakit kronik
- Anemia makrositik
* Defisiensi vitamin B12
* Defisiensi asam folat
- Anemia karena perdarahan
- Anemia hemolitik
- Anemia aplastik
(Arif Masjoer, Kapita Selekta, Jilid I edisi 2, Jakarta, 1999)

D. Tanda dan Gejala
Tanda : Takikardi / takipnea; dispnea pada bekerja / istirahat, letargi, menarik diri, apatis, lesu dan kurang tertarik pada sekitarnya, kelemahan otot dan penurunan kekuatan.
Ataksia, tubuh tidak tegak dan tanda-tanda lain yang menunjukkan keletihan.
Gejala : Keletihan, kelemahan, malaise umum kehilangan produktivitas, penurunan semangat untuk bekerja, toleransi terhadap latihan rendah, kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.

E. Penatalaksanaan
Tetapi terutama ditujukan pada penyakit dasarnya. Pada anemia yang mengancam nyama, dapat diberikan tranfusi darah merah (packed red sell) seperlunya. Pengobatan dengan suplementasi besi, tidak diindikasikan kecuali untuk mengatasi anemia pada artitis reumatoroid, pemberian kobalt dan eritropoeitin di katakan dapat memperbaiki anemia.
(Arief Mansjoer,dkk, 2001)

II. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Dengan pengumpulan data pasien baik subyektif atau objektif pada kasus anemia sehubungan dengan penurunan Hb adalah sebagai berikut :
a. Identifikasi pasien dan keluarga (penanggung jawab)
Nama,umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, status perkawinan, alamat, gol darah, dan hubungan pasien dengan penanggung jawab dan lain-lain.
b. Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Pada umunya pasien pada kasus ini (anemia), terjadi penurunan hb atau kekurangan darah dalam batasan normal dan ditemukan pada perubahan fisik yang berupa lemah, letih, lesu, kurang tertarik pada aktifitas dan jantung berdebar-debar.
2. Riwayat kesehatan dahulu
Pada riwayat kesehatan dahulu haruslah diketahui dengan baik tentang penyakitnya maupun penyakit sistemik lainnya.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam riwayat kesehatan keluarga dapat diketahui apakah ada salah satu dari anggota keluarga yang mempunyai penyakit menular.
c. Pola-pola fungsi kesehatan
1. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Dalam mengkaji pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat perlu menggali bagaimana caranya agar klien dapat mengungkapkan argumentasi mengenai apa yang ada dalam diri klien, misalnya : bagaimana tanggapan klien tentang dikaji dan cara menangani atau merencanakan agar hidup sehat yaitu mandi berapa kali, sikat gigi berapa kali dalam 1 hari.
2. Pola nutrisi dan metabolisme
Pola nutrisi yang perlu dikaji sesuai dengan kasus yang meliputi bagaimana kebutuhan nutrisi (gizi), bagaimana makannya, berapa banyak dan apa saja kombinasi makannya.
3. Pola eliminasi
Pola eliminasi yang perlu dikaji adalah pola bagaimana urine dan pola eliminasi diri.
4. Pola sensori dan kognitif
Meliputi : body image, self sistem, kekacauan identitas defersonilisasi dan bagaimana klien mengetahui tentang penyakitnya.
5. Pola hubungan dan peran
Pola hubungan dan persepsi perlu dikaji bagaimana hubungan klien terhadap keluarga, tetangga dll dan juga peraen klien terhadap keluarganya.
6. Pola persepsi diri dan konsep diri
Biasanya juga terjadi dampak psikologik klien bagaimana konsepdiri klien : Body image, ideal diri, harga diri,peran dan identitas apakah ada perubahan atau tidak.
7. Pola istirahat dan tidur
Dalam pola istirahat tidur pada klien anemia perlu dikaji apakah pemenuhan istirahatnya kurang, cukup atau lebih, dan pola istirahat memerlukan waktu kurang lebih 8-9 jam dalam waktu 1 hari.
8. Pola aktivitas dan latihan
Biasanya dalam pola aktifitas dan latihan yang perlu di kaji apa kegiatan klien sehari-hari sebelum dan sesudah masuk rumah sakit.
9. Pola reproduksi seksual
Pada umumnya klien anak yang keberapa dari berapa bersaudara dan berjenis kelamin apa ada kelainan pada reproduksi atau tidak.
10. Pola penanggulangan stress
Adanya ketidak efektifan dalam mengatasi masalahindividu dan keluarga.



11. Pola tata nilai dan kepercayaan
Bagaimana klien dalam menjalankan agamanya sebelum dan setelah masuk rumah sakit, ada keparcayaan lain yang diyakini klien atau tidak.

d. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan nutrisi sehubungan dengan kurang dari kebutuhan tubuh.
2. Kekurangan cairan sehubungan dengan resiko tinggi terhadap peningkatan kebutuhan cairan,proses implementasi.
3. Intoleransi efektifitas sehubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
4. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.

e. Intervensi
- Diagnosa 1 : Perubahan nutrisi sehubungan dengan kurang dari kebutuhan.
Tujuan
Kriteria Hasil :
: Nutrisi kembali normal dalam 1 x 24 jam.
- Berat badan pasien normal.
- Hb normal.
- Untuk meningkatkan dan mempertahankan berat badan sesuai.
Rencana tindakan
* Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai
R / Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi.
* Obsevasi dan catat masukan makanan klien.
R / mengawasi masukan kalori / kualitas kurang konsumsi makanan.
* Timbang BB
R / mengawasi penurunan (perubahan) BB / efektifitas intervensi nutrisi.
* Kolaborasi dengan ahli gizi.
R / membantu dalam rencana diet untuk memenuhi kebutuhan individual.



- Diagnosa 2 : Kurangnya volume cairan.
Tujuan
Kriteria Hasil :
: Volume cairan kembali normal.
Untuk meningkatkan kebutuhan cairan dalam tubuh kembali normal.

Rencana tindakan :
* Anjurkan pasien untuk minum air putih  2 – 3 liter perhari.
R / Mengembalikan cairan dalamtubuh yang kurang.
* Monitor intake dan out put jumlah kalori, nutrisi, dan cairan tiaphari.
R / untuk mengetahui keseimbangan cairan,kalori dan nutrisi tiap harinya.

- Diagnosa 3 : Intoleransi efektifitas sehubungan dengan imobilisasi.
Tujuan
Kriteria Hasil :
: Klien dapat beraktivitas kembali dalam 1 x 24 jam.
- Klien dapat beraktivitas kembali.
- Klien menampakkan kemabali melakukan aktivitasnya
Rencana tindakan :
* Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi, serta bantu melakukan aktivitas gerak.
R / Untuk mengetahui sejauh mana pasien dapat melakukan aktivitas.
* Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas, catat peningkatan kelemahan, kelelahan dan perubahan tanda-tanda vital selama dan setelah beraktivitas.
R / Menetapkan kemampuan pasien dan memudahkan pilihan intervensi.

f. Implementasi.
Implementasi yang dimaksud merupakan pengolahan dari perwujudan rencana tindakan yang meliputi kegitan yaitu : validasi, rencana keperawatan, mendokumentasikan rencana keperawatan, memberikan asuhan keperawatan dalam mengumpulkan data serta melaksanakan advis dokter dan ketentuan rumah sakit.
(Depkes RI, 1990 : 23, Liksidar , 1990)

g. Evaluasi
Evaluasi juga merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawtan yang merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara melibatkan pasien dan sesama tenaga kesehatan.
(Nasrul Effendi, 1995).



DAFTAR PUSTAKA


1. Arif Mansjoer. dkk, 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta, Media Aes Cv Laprus FKUI.
2. Marlyn E. Doenges, 2001. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC.
3. Nasrul Effendi,1995. Pengaturan Proses Keperawatan, Jakarta, EGC.
4. Sylfia A. Price, 1995. Patofisiologi, Jakarta, EGC.

Sabtu, 09 April 2011

LP AIDS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
AIDS dapat diartikan sebagai sindrom dengan gejala penyakit infeksi opotunistik/ kanker tertentu akibat penurunan system kekebalan tubuh oleh infeksi HIV.
Jumlah orang yang terinfeksi HIV AIDS di Indonesia belum dapat dipastikan. Terdapat dua pendapat yaitu pendapat yang mengemukakan infeksi HIV di Indonesia sudah mengkhawatirkan dan mereka memperkirakan sudah lebih dari beribu orang yang terinfeksi HIV. Pendapat lain yang lebih optimis beranggapan infeksi di Indonesia berjalan lambat.

B. Batasan Masalah
Batasan masalah pada makalah ini ,kami membatasi hanya pada HIV AIDS dan asuhan keperawatannya saja.

C. TUJUAN
1. Mengetahui edan mengerti tentang batas dan kewenangan dalam pemberian ASKEP
2. Meningkatkan kewaspadaan dan kepercayaan masyarakat terhadap penyakit AIDS
3. Dapat mengetahui gambaran tentang penyakit AIDS


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


A. DEFINISI
AIDS (Acquired immunodeficiency syndrome) adalah sindrom dengan gejala penyakit infeksi oportunistik atau kanker tertentu akibat menurunnya system kekebalan tubuh oleh infeksi HIV (Human immunodeficiency Virus).

B. ETIOLOGI
AIDS disebabkan oleh virus yang disebut HIV. Virus ini diketemukan oleh Montagner, seorang ilmuwan Perancis ( Institute Pasteur,Paris 1983), yang mengisolasi virus dari seorang penderita dengan gejala limfadenopati, sehingga pada waktu itu dinamakan Lymphadenopathy Associated Virus ( LAV ).
Gallo ( National Institute of Health,USA 1984 ) menemukan virus HTLV-III ( Human T Lymphotropic Virus ) yang juga adalah penyebab AIDS. Pada penelitian lebih lanjut dibuktikan bahwa kedua virus ini sama, sehingga berdasarkan hasil pertemuan International Committee on Taxonomy of Viruses ( 1986 ) WHO memberikan nama resmi HIV.
Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan virus lain yang dapat pula menyebabkan AIDS,disebut HIV-2, dan berbeda dengan HIV-1 secara genetic maupun antigenic. HIV-2 dianggap kurang patogen dibandingkan dengan HIV-1. Untuk memudahkan, kedua virus itu disebut sebagai HIV saja.

C PATOGENESIS
Virus masuk ke dalam tubuh manusia terutama melalui perantara darah, semen dan secret Vagina. Sebagaian besar ( 75% ) penularan terjadi melalui hubungan seksual.
HIV tergolong retrovirus yang mempunyai materi genetic RNA. Bilaman virus masuk kedalam tubuh penderita ( sel hospes ), maka RNA virus diubah menjadi
oleh ensim reverse transcryptase yang dimiliki oleh HIV . DNA pro-virus tersebut kemudian diintegrasikan kedalam sel hospes dan selanjutnya diprogramkan untuk membentuk gen virus.
HIV cenderung menyerang jenis sel tertentu, yaitu sel-sel yang mempunyai antigen pembukaan CD4, terutama sekali limfosit T4 yang memegang peranan penting dalam mengatur dan mempertahankan system kekebalan tubuh. Selain tifosit T4,virus juga dapat menginfeksi sel monosit makrofag, sel Langerhans pada kulit, sel dendrit folikuler pada kelenjar limfe, makrofag pada alveoli paru, sel retina, sel serviks uteri dan sel-sel mikroglia otak Virus yng masuk kedalam limfosit T4 selanjutnya mengadakan replikasi sehingga menjadi banyak dan akhirnya menghancurkan sel limfosit itu sendiri.

D. GAMBARAN KLINIS
Infeksi HIV memberikan gambaran klinis yang tidak spesifik dengan spectrum yang lebar, mulai dari infeksi tanpa gejala ( asimtomatik ) pada stadium awal sampai pada gejala gejala yang berat pada stadium yang lebih lanjut.
Perjalanan penyakit lambat dan gejala gejala AIDS rata rata baru timbul 10 tahun sesudah infeksi, bahkan dapat lebih lama lagi.
Gambaran klinis yang sesuai dengan perjalan penyakit dan lebih bermanfaat bagi kepentingan klinik diuraikan dalam fase-fase berikut.
1. Infeksi Akut
Gejala infeksi akut biasanya timbul sesudah masa inkubasi selama 1-3 bulan. Gejala yang timbul umumnya seperti influenza (flu-like syndrome : demam, artragia, malaise, anoreksia), gejala kulit (bercak-bercak merah, urtikaria), gejala syaraf ( sakit kepala, nyeri retrobulber, radikulopati, gangguan kognitif dan afektif), gangguan Gastrointestinal (nausea, vomitus, diare, kandidiasis orofarings). Pada fase ini penyalit tersebut sangat menul;ar karena terjadi veremia. Gejala tersebut diatas, merupakan reaksi tubuh terhadap masuknya virus dan berlangsung kira-kira 1-2 minggu.
2. Infeksi kronis asitomatik
Setelah infeksi akut berlalu maka selama bertahun tahun kemudian, umumnya sekitar 5 tahun, keadaan penderita tampak baik baik saja, meskipun sebenarnya terjadi replikasi virus secara lambat di dalam tubuh. Beberapa penderita mengalami pembesaran kelenjar limfe menyeluruh, meskipun ini bukanlah hal yang bersifat prognostic dan tidak berpengaruh bagi penderita. Saat ini ssudah mulai terjadi penurunan jumlah sel CD4 sebagai petunjuk menurunnya kekebalan tubuh penderita.
3. Infeksi Kronik Simtomatik
Fase ini dimulai rata-rata sesudah 5 tahun terkena infeksi HIV. Berbagi gejala ringan atau berat timbul pada fase ini, tergantung pada tingkat imunitas penderita.
A. Penurunan Imunitas Sedang
Pada awal sub-fase ini timbul penyakit penyakit yang lebih ringan misalnya rektivasi dari herpes zosrer atau herpes simpleks, namun dapat sembuh spontan atau hanya dengan pegobatan biasa
B. Penurunan Imunitas Berat
Pada sub fase ini terjadi infeki oportunistik berat yang sering mengancam jiwa penderita, seperti Pneumocytiscarinii,toksoplasma

E. DIAGNOSIS
AIDS merupakan stadium akhir infeksi HIV. Penderita dinyatakan sebagai AIDS bila dalam perkembangan infeksi HIV selanjutnya menunjukkan infeksi-infeksi dan kanker opurtonistik yang mengancam jiwa penderita. Selain infeksi dan kanker dalam penetapan CDC 1993, juga termasuk : ensefalopati, sindrom kelelahan yang berkaitan denagan AIDS dan hitungan CD$<200/ml. CDC menetapkan kondisi dimana infekssii HIV sudah dinyatakan sebagai AIDS.

F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan penderita infeksi HIV dibagi atas 2 bagian yaitu untuk infeksi dini dan untuk infeksi lanjut termasuk AIDS. Perbedaan tatalaksana terletak pada prinsip pencegahan yang dapat dilakukan pada fase dini untuk mencegah timbulnya infeksi oportunutis serta memperpanjang hidup penderita, sedangkan pada tahap lanjut kita hanya dapat memberikan pengobatan untuk infeksi oportunitis dan keganasan serta perawatan pada fase terminal


BAB III
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian 3 Desember 2004
1. Pengumpulan data
a. Identitas
Nama : Sdr. R
Umur : 28 tahun
Jenis Kelaamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl Kartini 21, Sidoarjo
Tanggal MRS : 1 Desember 2004
Diagnosa Medis : HIV AIDS

b. Keluhan Utama
Pasien mengatakan demam dan diare terus menerus

c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Penyakit sekarang
Sejak tanggal 15 November 2004 pasien mengeluh demam dan diare kurang lebih 5x/hari dengan konsisten cair. Lalu dibawa ke dokter tapi tidak kunjung sembuh, tetapi penyakitnya semakin parah sehingga pada tanggal 1 desember 2004 pukul 08.00 dibawa ke rumah sakit dan disarankan oleh Dokter untuk opname
2) Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan tidak pernah menderita penyakit seperti saat ini, jika sakit biasanya hany beberapa hari saja

3) Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan dalam anggota keluarganya tidak ada yang memiliki penyakit menular ( hepatitis, TBC ) dan penyakit menurun ( Asma ).

d. Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola Persepsi dan Tatalaksana hidup Sehat
Penderita sebelum sakit mengatakan memeiliki kebiasaan merokok 2 pak/hari, minum minuman keras dan memakai obat-obatan terlarang tapi sudah berhenti setahun yang lalu. Pasien mengerti tentang arti kesehatan, jika sakit biasanya pasien membeli obat yang dijual bebas di warung.
2) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Sebelum sakit klien mengatakan makan seperti biasa teratur yitu 3x/hari dengan komposisi nasi, lauk, sayur, pasien selau menghabiskan porsi makan 1 piring, minum 4-5 gelas/hari. Saat sakit pasien mengatakan tidak selera makan , hanya menghabiskan ¼ porsi saja dengan komposisi nasi, lauk, sayur., karena mulutnya terasa tebal dan pasien selau berak. Pasien minum 4 gelas/hari. BB sebelum MRS 65 kg kg, saat MRs menjadi 53 kg.
3) Pola Aktifitas
Sebelum MRS aktifitas pasien adalah bekerja sebagai pegawai swata, pasien tidak pernah berolah raga. Saat MRS aktivitas
sehari-hari pasien berkurang karena sakit, aktivitasnya dibantu oleh keluarga.
4) Pola Eliminasi
Sebelum MRS pasie BAB ix/hari tiap pagi dengan konsistensi lunak, warna kuning tengguli, BAK 4-5x/hari dengan warna kuning jernih. Saat MRS pasien BAB lebih dari 5x/hari dengan konsistensi cair, warna kuning, BAK 4x/hari dengan warna kuning.
5) Pola Istirahat dan Tidur
Sebelum MRS pasien mengatakan biasanya tidur 6-7 jam/hari, tidak pernah tidur siang. Saat MRS pasien tidur 4-5 jam/hari, sering terbangun karena suhu tubuh terasa panas dan perut terasa sakit

6) Pola Sensori Kognitif
Pasien tidak mengalami gangguan pada kelima pancainderanya, pasien mengerti tentng penyaklitnya
7) Pola Persepsi dan Konsep Diri
Pasien mengatakan cemas dan takut terhadp penyakitnya. Pasien malu dengan keadaannya , pasien sering melamun dan pandangan kosong.
8) Pola Hubungan dan Peran
Saat sakit hubungan pasin dengan keluarga tetap harmonis terbukti orang tua, serta familynya tetap menjaga pasien di Rs. Pasien anak ke 2 dari 4 bersauara
9) Pola Reproduksi dan Seksual
Pasien berjenis kelami laki-laki, berumur 28 tahun dan belum menikah.
10) Pola Penanggulangan Stres
Pasien mengatakan apabila mempunyai masalah lebih sering diselesaikan sendiri.
11) Pola Tata nilai dan Kepercayaan
Pasien beragama Islam dan jarang melakukan ibadah.

e. Pemerisaan Fisik
1) Keadaan Umum
Pasien lemah, GCS 4 5 6, T= 150/100 mmhg, S= 38 c, RR= 25x/mnt, N= 95x/mnt.
2) Kulit, rambut, kuku
Kul;it sawo matang, turgor kulit jelek, terdapat tato pada lengan kiri atas, rambut warna hitam lurus, kuku bersih.
3) Kepala dan Leher
Pada kepala tidak terdapat adanya benjolan. Lrher di temukan pembesaran kelenjar limfe.
4) Mata
Mata cekung, konjungtiva anemis, sclera tidak icterus.


5) Telinga, Hidung, mulut, Tenggorokan
Telinga bentuk simetris, kebersihan cukup, hidung bentuk simetris, tidak ada polip, kebersihan mulut kurang, terdapat jamur disekitar mulut, tenggorokan tidak ada nyeri tekan,
6) Dada dan Thorak
Inspeksi bentuk simetris, palpasi pergerakan daa kanan dan kiriseirama, perkusi sonor, auskultasi tidak terdapat suara tambahan.
7) Abdomen
Inspeksi tidak terdapat acites, palpasi terdapat nyeri tekan, auskultasi peningkatan peristaltic usu 38x/mnt, perkusi kembung.
8) Sistem Respirasi
Tidak adanya pergerakan cuping hidung, tidak ada otot Bantu pernafasan, tidak terdapat suara nafas tambahan.
9) Sistem Urogenital
Tidak terpasang kateter, tidak ada nyeri waktu BAK
10) Sistem Extremitas
Akral hangat, tidak ada gangguan pad pergerakan.

f. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 4 Desember 2004
1. Hemoglobin : 7,5 gr/dl (13,4 – 17,7 )
2. Rasio Limfosit T4,T8 : 0,9 ( I,5 )
3. Limfosit T4 : 400/mm ( 600 –2400/mm )
4. Globulin Gama Serum : 4,6 (2,6 – 3,6 )

2. Analisa Data
Dari pengkajian diatas kemudian dikelompokkan sehingga didapatkan suatu masalah sebagai berikut:



Tanggal 3 Desember 2004
1. Kelompok Data Pertama
a. Data Subyektif
Pasien mengatakan badannya terasa lemas
b. Data Obyektif
Suhu tubuh meningkat, S = 38 c
c. Kemungkinan Penyebab
Demam
d. Masalah
Gangguan rasa nyaman
Tanggal 3 Desember 2004
2. Data Kelompok Kedua
a. Data Subyektif
Pasien mengatakan diare
b. Data Obyektif
BAB frekuensi 5x/hari, konsistensi cair, warna kuning, Bising usus 38x/mnt, perut kembung, terdapat nyeri tekan, BB turun (I=65 kg) (II= 53 kg), porsi makan habis ¼ dari yang disediakan.
c. Kemungkinan Penyebab
Out Put yang berlebihan
d. Masalah
Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Tanggal 3 Desember 2004
3 Kelompok Data Ketiga
a. Data Subyektif
Pasien mengatakan cemas dan takut pada penyakirtnya
b Data Obyektif
Pasaien malu denagan keadaanya, sering melamun dan pandangan kosong, TD = 150/100
c. Kemungkinan Penyebab
Penyakit yang diderita
d.. Masalah
Kecemasan
Tanggal 3 Desember 2004
4. Kelompok Data Keempat
a. Data Subyektif
Pasien mengatakan mulutnya terasa tebal
b. Data Obyektif
Kebersihan mulut kurang, terdapat jamur disekitar mulut
c. Kemungkinan Penyebab
Penurunan Sistem Imun
d. Masalah
Resiko terhadap perubahan membran mukosa

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguaaan rasa nyaman berhubungan dengan demam, ditandai dengan suhu tubuh meningkat,S = 38c
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan out put yang berlebihan ditandai dengan BAB 5x/hari, konsistensi cair warna kuning, terdapat nyeri tekan, perut kembung,bising usus 38x/menit,porsi makan habis ¼ dari yang disediakan, BB (I=65 kg) (II=53 kg)
3. Kecemasan berhubungan dengan penyakitnya ditandai dengan pasien cemas,dan takut, sering melamun dan pandangan mata kosong.
4. Resiko terhadap perubahan mukosa oral berhubungan dengan penurunan system imun ditandai dengan kebersihan mulut kurang, terdapat jamur disekitar mulut

C. PERENCANAAN
1. Diagnosa Keperawatan Pertama
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan out put yang berlebihan ditandai dengan diare 5x/hari konsistensi cair warna kuning, terdapat nyeri tekan, perut kembung, bising usus meningkat 38x/menit, porsi makan habis ¼ dari yang disediakan, BB menurun (I=65kg) (II=53kg)
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi dalam waktu 2x24 jam
Kriteria Hasil :
1. Porsi makan yang disediakan habis
2. Peristaltik Usus dapat kembali normal (5-35x/menit)
3. Pasien dapat BAB dengan normal 1-2x/hari
4. BB mengalami peningkatan min 1 kg
Rencana Tindakan :
1. Catat intake dan out put yang adekuat
2. Timbang BB tiap hari bila perlu
3. Dorong penderita untuk makan sesuai dengan diet TKTP sedikit tapi sering
4. Kolaborasi dengan ahli Gizi untuk membantu peningkatan BB
Rasional
1. Membantu perawatan yang tepat untuk mengurangi over hidrasi
2. Merupakan indicator untuk mengetahui status gizi
3. Diet yang tepat merupakan hal yang tepat dalam proses penyembuhan
4. Peningkatan gizi perlu dilakukan untuk mempertahankan BB
2. Diagnosa Keperawatan Kedua
Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan demam ditandai dengan Pasien lemah, suhu tubuh meningkat S= 38 c
Tujuan :
Demam berkurang atau suhu tubuh kembali normal dalam waktu 1x24 jam setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria Hasil :
2. Demam berkurang atau hilang
3. Pasien tampak rileks
4. Suhu kembali normal 37 c
Rencana Tindakan :
1. Kaji tentang penyebab Demam
2. Beri penjelasan pasien tentang penyebab demam
3. Berikan posisi yang nyaman
4. Lakukan kolaborasi dengan tim Medis dalam hal pengobatan
Rasional :
1. Untuk mengetahui tindakan yang akan dilakukan
2. Dengan memberikan penjelasan diharapkan pasien tidak merasa cemas
3. Diharapkan dapat memberikan kenyamanan pada pasien
4. Dengan melakukan kolaborasi dengan tim medis diharapkan dapat mengurangi atau menghilangkan demam
D. PELAKSANAAN
1. Diagnosa Keperawatan pertama
Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan out put yang berlebihanditandai dengan diare 5x/hari konsistensi cair, warna kuning, terdapat nyrio tekan, perut kembung, bising usus meningkat 38x/menitporsi makan habis ¼ dari yang disedfiakan, BB (I=65kg) (II=53kg)
Pelaksanaan tanggal 3 Desember 2004
1. Memberikan penjelasan tentang pentingnya nutrisi dan sebab gangguan pada saluran pencernaan
Respon : Padien mengerti dan sangat kooperatif
2. Memberikan diet TKTP dengan porsi sedikit tapi sering
Respon : Pasien dapat menghabiskan ½ porsi
3. Melakukan observasi dan catat mengenai pemasukan makanan
Respon : Pasien sangat kooperatif
2. Diagnosa Keperawatan Kedua
Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan demam ditandai dengan pasien lemah, suhu meningkat S= 38 c
Pelaksanaan tanggal 3 Desember 2004
1. Mengkaji penyabab demam
Respon : Pasien kooperatif
2. Memberi penjelasan kepada pasien tentang penyebab demam
Respon :Pasien mengangguk pertanda setujudan mengerti tentang apa yang disampaikan peawat
3. Memberikan posisi yang nyaman
Respon : Pasin mengatakan lebih nyaman
4 .Melakukan instruksi dokter dalam pengobatan
Respon : Pasien mau dilakukan tindakan dan sangat kooperatif

E. EVALUASI
Diagnosa Keperawatan Pertama
Tanggal 4 Desember 2004
Data Subyektif : Pasien mengatakan diare
Data Obyektif : BAB 5x/hari konsistensi cair, waran kuning, terdapat nyeri tekan, bising usus meningkat 38x/menit, porsi makan habis ¼ dari yang disediakan
Aisment : Masalah belum teratasi
Planing : Rencana tindakan no 1,2,3,4
Tanggal 5 Desember 2004
Data Subyektif : Pasien mengatakan masih diare
Data Obyektif : BAB 4x/hari konsistensi lembek, warna kuning, terdapat nyeri
tekan sedikit ,bising usus 30x/menit
Assesment : Masalah teratasi sebagian
Plannng : Rencana tindakan dilanjutkan no 1,2,3,4

Diagnosa Keperawatn Kedua
Tanggal 3 Desember 2004
Data Subyektif : Pasiuen mengatakan badannya panas
Data Obyektif : Suhu tubuh meningkat S= 38 c
Assesment : Masalah belum teratasi
Planning : Rencana tindakan no 1,2,3
Tanggal 4 Desember 2004
Data Subyektif : Pasien mengatakan tubuhnya sedikit panas
Data Obyektif : Suhu tubuh S= 37,6 c
Assesment : Masalah teratasi sebagian
Planning : Rencana Tindakan dilanjutkan no 1,2,3
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
AIDS disebabkan oleh virus yang disebut HIV. Virus masuk kedalam tubuh manusia melalui perantara darah, semen, dan secret vagina. Sebagian besar penularan terjadi melalui hubungan seksual. Infeksi HIV memberikan gambaran klinik yang tidak spesifik dengan spectrum yang lebar, mulai dari infeksi tanpa gejala pada stadium awal sampai pada gejala-gejala yang berat pada stadium lanjut.

B. SARAN
Diharapkan karena sampai saat ini belum diketahui vaksin atau obat yang efektif untuk pencegahan atau penyembuhan AIDS. Sehingga untuk menghindari dari terinfeksi HIV dan menekan penyebarannya cara yang utama adalah tindakan pencegahan melalui perubahan perilaku.




DAFTAR PUSTAKA

Djausi, Samsu Rizal. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi ketiga. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Duarsa, N. Wirya. 2003. Penyakit Menular seksual Edisi kedua Jakarta :FKUI
Carpenito, Lynda Juall; 2001. Diagnosa Keperawatan Edisi tujuh. Jakarta, EGC
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
AIDS dapat diartikan sebagai sindrom dengan gejala penyakit infeksi opotunistik/ kanker tertentu akibat penurunan system kekebalan tubuh oleh infeksi HIV.
Jumlah orang yang terinfeksi HIV AIDS di Indonesia belum dapat dipastikan. Terdapat dua pendapat yaitu pendapat yang mengemukakan infeksi HIV di Indonesia sudah mengkhawatirkan dan mereka memperkirakan sudah lebih dari beribu orang yang terinfeksi HIV. Pendapat lain yang lebih optimis beranggapan infeksi di Indonesia berjalan lambat.

B. Batasan Masalah
Batasan masalah pada makalah ini ,kami membatasi hanya pada HIV AIDS dan asuhan keperawatannya saja.

C. TUJUAN
1. Mengetahui edan mengerti tentang batas dan kewenangan dalam pemberian ASKEP
2. Meningkatkan kewaspadaan dan kepercayaan masyarakat terhadap penyakit AIDS
3. Dapat mengetahui gambaran tentang penyakit AIDS


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


A. DEFINISI
AIDS (Acquired immunodeficiency syndrome) adalah sindrom dengan gejala penyakit infeksi oportunistik atau kanker tertentu akibat menurunnya system kekebalan tubuh oleh infeksi HIV (Human immunodeficiency Virus).

B. ETIOLOGI
AIDS disebabkan oleh virus yang disebut HIV. Virus ini diketemukan oleh Montagner, seorang ilmuwan Perancis ( Institute Pasteur,Paris 1983), yang mengisolasi virus dari seorang penderita dengan gejala limfadenopati, sehingga pada waktu itu dinamakan Lymphadenopathy Associated Virus ( LAV ).
Gallo ( National Institute of Health,USA 1984 ) menemukan virus HTLV-III ( Human T Lymphotropic Virus ) yang juga adalah penyebab AIDS. Pada penelitian lebih lanjut dibuktikan bahwa kedua virus ini sama, sehingga berdasarkan hasil pertemuan International Committee on Taxonomy of Viruses ( 1986 ) WHO memberikan nama resmi HIV.
Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan virus lain yang dapat pula menyebabkan AIDS,disebut HIV-2, dan berbeda dengan HIV-1 secara genetic maupun antigenic. HIV-2 dianggap kurang patogen dibandingkan dengan HIV-1. Untuk memudahkan, kedua virus itu disebut sebagai HIV saja.

C PATOGENESIS
Virus masuk ke dalam tubuh manusia terutama melalui perantara darah, semen dan secret Vagina. Sebagaian besar ( 75% ) penularan terjadi melalui hubungan seksual.
HIV tergolong retrovirus yang mempunyai materi genetic RNA. Bilaman virus masuk kedalam tubuh penderita ( sel hospes ), maka RNA virus diubah menjadi
oleh ensim reverse transcryptase yang dimiliki oleh HIV . DNA pro-virus tersebut kemudian diintegrasikan kedalam sel hospes dan selanjutnya diprogramkan untuk membentuk gen virus.
HIV cenderung menyerang jenis sel tertentu, yaitu sel-sel yang mempunyai antigen pembukaan CD4, terutama sekali limfosit T4 yang memegang peranan penting dalam mengatur dan mempertahankan system kekebalan tubuh. Selain tifosit T4,virus juga dapat menginfeksi sel monosit makrofag, sel Langerhans pada kulit, sel dendrit folikuler pada kelenjar limfe, makrofag pada alveoli paru, sel retina, sel serviks uteri dan sel-sel mikroglia otak Virus yng masuk kedalam limfosit T4 selanjutnya mengadakan replikasi sehingga menjadi banyak dan akhirnya menghancurkan sel limfosit itu sendiri.

D. GAMBARAN KLINIS
Infeksi HIV memberikan gambaran klinis yang tidak spesifik dengan spectrum yang lebar, mulai dari infeksi tanpa gejala ( asimtomatik ) pada stadium awal sampai pada gejala gejala yang berat pada stadium yang lebih lanjut.
Perjalanan penyakit lambat dan gejala gejala AIDS rata rata baru timbul 10 tahun sesudah infeksi, bahkan dapat lebih lama lagi.
Gambaran klinis yang sesuai dengan perjalan penyakit dan lebih bermanfaat bagi kepentingan klinik diuraikan dalam fase-fase berikut.
1. Infeksi Akut
Gejala infeksi akut biasanya timbul sesudah masa inkubasi selama 1-3 bulan. Gejala yang timbul umumnya seperti influenza (flu-like syndrome : demam, artragia, malaise, anoreksia), gejala kulit (bercak-bercak merah, urtikaria), gejala syaraf ( sakit kepala, nyeri retrobulber, radikulopati, gangguan kognitif dan afektif), gangguan Gastrointestinal (nausea, vomitus, diare, kandidiasis orofarings). Pada fase ini penyalit tersebut sangat menul;ar karena terjadi veremia. Gejala tersebut diatas, merupakan reaksi tubuh terhadap masuknya virus dan berlangsung kira-kira 1-2 minggu.
2. Infeksi kronis asitomatik
Setelah infeksi akut berlalu maka selama bertahun tahun kemudian, umumnya sekitar 5 tahun, keadaan penderita tampak baik baik saja, meskipun sebenarnya terjadi replikasi virus secara lambat di dalam tubuh. Beberapa penderita mengalami pembesaran kelenjar limfe menyeluruh, meskipun ini bukanlah hal yang bersifat prognostic dan tidak berpengaruh bagi penderita. Saat ini ssudah mulai terjadi penurunan jumlah sel CD4 sebagai petunjuk menurunnya kekebalan tubuh penderita.
3. Infeksi Kronik Simtomatik
Fase ini dimulai rata-rata sesudah 5 tahun terkena infeksi HIV. Berbagi gejala ringan atau berat timbul pada fase ini, tergantung pada tingkat imunitas penderita.
A. Penurunan Imunitas Sedang
Pada awal sub-fase ini timbul penyakit penyakit yang lebih ringan misalnya rektivasi dari herpes zosrer atau herpes simpleks, namun dapat sembuh spontan atau hanya dengan pegobatan biasa
B. Penurunan Imunitas Berat
Pada sub fase ini terjadi infeki oportunistik berat yang sering mengancam jiwa penderita, seperti Pneumocytiscarinii,toksoplasma

E. DIAGNOSIS
AIDS merupakan stadium akhir infeksi HIV. Penderita dinyatakan sebagai AIDS bila dalam perkembangan infeksi HIV selanjutnya menunjukkan infeksi-infeksi dan kanker opurtonistik yang mengancam jiwa penderita. Selain infeksi dan kanker dalam penetapan CDC 1993, juga termasuk : ensefalopati, sindrom kelelahan yang berkaitan denagan AIDS dan hitungan CD$<200/ml. CDC menetapkan kondisi dimana infekssii HIV sudah dinyatakan sebagai AIDS.

F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan penderita infeksi HIV dibagi atas 2 bagian yaitu untuk infeksi dini dan untuk infeksi lanjut termasuk AIDS. Perbedaan tatalaksana terletak pada prinsip pencegahan yang dapat dilakukan pada fase dini untuk mencegah timbulnya infeksi oportunutis serta memperpanjang hidup penderita, sedangkan pada tahap lanjut kita hanya dapat memberikan pengobatan untuk infeksi oportunitis dan keganasan serta perawatan pada fase terminal


BAB III
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian 3 Desember 2004
1. Pengumpulan data
a. Identitas
Nama : Sdr. R
Umur : 28 tahun
Jenis Kelaamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl Kartini 21, Sidoarjo
Tanggal MRS : 1 Desember 2004
Diagnosa Medis : HIV AIDS

b. Keluhan Utama
Pasien mengatakan demam dan diare terus menerus

c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Penyakit sekarang
Sejak tanggal 15 November 2004 pasien mengeluh demam dan diare kurang lebih 5x/hari dengan konsisten cair. Lalu dibawa ke dokter tapi tidak kunjung sembuh, tetapi penyakitnya semakin parah sehingga pada tanggal 1 desember 2004 pukul 08.00 dibawa ke rumah sakit dan disarankan oleh Dokter untuk opname
2) Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan tidak pernah menderita penyakit seperti saat ini, jika sakit biasanya hany beberapa hari saja

3) Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan dalam anggota keluarganya tidak ada yang memiliki penyakit menular ( hepatitis, TBC ) dan penyakit menurun ( Asma ).

d. Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola Persepsi dan Tatalaksana hidup Sehat
Penderita sebelum sakit mengatakan memeiliki kebiasaan merokok 2 pak/hari, minum minuman keras dan memakai obat-obatan terlarang tapi sudah berhenti setahun yang lalu. Pasien mengerti tentang arti kesehatan, jika sakit biasanya pasien membeli obat yang dijual bebas di warung.
2) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Sebelum sakit klien mengatakan makan seperti biasa teratur yitu 3x/hari dengan komposisi nasi, lauk, sayur, pasien selau menghabiskan porsi makan 1 piring, minum 4-5 gelas/hari. Saat sakit pasien mengatakan tidak selera makan , hanya menghabiskan ¼ porsi saja dengan komposisi nasi, lauk, sayur., karena mulutnya terasa tebal dan pasien selau berak. Pasien minum 4 gelas/hari. BB sebelum MRS 65 kg kg, saat MRs menjadi 53 kg.
3) Pola Aktifitas
Sebelum MRS aktifitas pasien adalah bekerja sebagai pegawai swata, pasien tidak pernah berolah raga. Saat MRS aktivitas
sehari-hari pasien berkurang karena sakit, aktivitasnya dibantu oleh keluarga.
4) Pola Eliminasi
Sebelum MRS pasie BAB ix/hari tiap pagi dengan konsistensi lunak, warna kuning tengguli, BAK 4-5x/hari dengan warna kuning jernih. Saat MRS pasien BAB lebih dari 5x/hari dengan konsistensi cair, warna kuning, BAK 4x/hari dengan warna kuning.
5) Pola Istirahat dan Tidur
Sebelum MRS pasien mengatakan biasanya tidur 6-7 jam/hari, tidak pernah tidur siang. Saat MRS pasien tidur 4-5 jam/hari, sering terbangun karena suhu tubuh terasa panas dan perut terasa sakit

6) Pola Sensori Kognitif
Pasien tidak mengalami gangguan pada kelima pancainderanya, pasien mengerti tentng penyaklitnya
7) Pola Persepsi dan Konsep Diri
Pasien mengatakan cemas dan takut terhadp penyakitnya. Pasien malu dengan keadaannya , pasien sering melamun dan pandangan kosong.
8) Pola Hubungan dan Peran
Saat sakit hubungan pasin dengan keluarga tetap harmonis terbukti orang tua, serta familynya tetap menjaga pasien di Rs. Pasien anak ke 2 dari 4 bersauara
9) Pola Reproduksi dan Seksual
Pasien berjenis kelami laki-laki, berumur 28 tahun dan belum menikah.
10) Pola Penanggulangan Stres
Pasien mengatakan apabila mempunyai masalah lebih sering diselesaikan sendiri.
11) Pola Tata nilai dan Kepercayaan
Pasien beragama Islam dan jarang melakukan ibadah.

e. Pemerisaan Fisik
1) Keadaan Umum
Pasien lemah, GCS 4 5 6, T= 150/100 mmhg, S= 38 c, RR= 25x/mnt, N= 95x/mnt.
2) Kulit, rambut, kuku
Kul;it sawo matang, turgor kulit jelek, terdapat tato pada lengan kiri atas, rambut warna hitam lurus, kuku bersih.
3) Kepala dan Leher
Pada kepala tidak terdapat adanya benjolan. Lrher di temukan pembesaran kelenjar limfe.
4) Mata
Mata cekung, konjungtiva anemis, sclera tidak icterus.


5) Telinga, Hidung, mulut, Tenggorokan
Telinga bentuk simetris, kebersihan cukup, hidung bentuk simetris, tidak ada polip, kebersihan mulut kurang, terdapat jamur disekitar mulut, tenggorokan tidak ada nyeri tekan,
6) Dada dan Thorak
Inspeksi bentuk simetris, palpasi pergerakan daa kanan dan kiriseirama, perkusi sonor, auskultasi tidak terdapat suara tambahan.
7) Abdomen
Inspeksi tidak terdapat acites, palpasi terdapat nyeri tekan, auskultasi peningkatan peristaltic usu 38x/mnt, perkusi kembung.
8) Sistem Respirasi
Tidak adanya pergerakan cuping hidung, tidak ada otot Bantu pernafasan, tidak terdapat suara nafas tambahan.
9) Sistem Urogenital
Tidak terpasang kateter, tidak ada nyeri waktu BAK
10) Sistem Extremitas
Akral hangat, tidak ada gangguan pad pergerakan.

f. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 4 Desember 2004
1. Hemoglobin : 7,5 gr/dl (13,4 – 17,7 )
2. Rasio Limfosit T4,T8 : 0,9 ( I,5 )
3. Limfosit T4 : 400/mm ( 600 –2400/mm )
4. Globulin Gama Serum : 4,6 (2,6 – 3,6 )

2. Analisa Data
Dari pengkajian diatas kemudian dikelompokkan sehingga didapatkan suatu masalah sebagai berikut:



Tanggal 3 Desember 2004
1. Kelompok Data Pertama
a. Data Subyektif
Pasien mengatakan badannya terasa lemas
b. Data Obyektif
Suhu tubuh meningkat, S = 38 c
c. Kemungkinan Penyebab
Demam
d. Masalah
Gangguan rasa nyaman
Tanggal 3 Desember 2004
2. Data Kelompok Kedua
a. Data Subyektif
Pasien mengatakan diare
b. Data Obyektif
BAB frekuensi 5x/hari, konsistensi cair, warna kuning, Bising usus 38x/mnt, perut kembung, terdapat nyeri tekan, BB turun (I=65 kg) (II= 53 kg), porsi makan habis ¼ dari yang disediakan.
c. Kemungkinan Penyebab
Out Put yang berlebihan
d. Masalah
Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Tanggal 3 Desember 2004
3 Kelompok Data Ketiga
a. Data Subyektif
Pasien mengatakan cemas dan takut pada penyakirtnya
b Data Obyektif
Pasaien malu denagan keadaanya, sering melamun dan pandangan kosong, TD = 150/100
c. Kemungkinan Penyebab
Penyakit yang diderita
d.. Masalah
Kecemasan
Tanggal 3 Desember 2004
4. Kelompok Data Keempat
a. Data Subyektif
Pasien mengatakan mulutnya terasa tebal
b. Data Obyektif
Kebersihan mulut kurang, terdapat jamur disekitar mulut
c. Kemungkinan Penyebab
Penurunan Sistem Imun
d. Masalah
Resiko terhadap perubahan membran mukosa

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguaaan rasa nyaman berhubungan dengan demam, ditandai dengan suhu tubuh meningkat,S = 38c
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan out put yang berlebihan ditandai dengan BAB 5x/hari, konsistensi cair warna kuning, terdapat nyeri tekan, perut kembung,bising usus 38x/menit,porsi makan habis ¼ dari yang disediakan, BB (I=65 kg) (II=53 kg)
3. Kecemasan berhubungan dengan penyakitnya ditandai dengan pasien cemas,dan takut, sering melamun dan pandangan mata kosong.
4. Resiko terhadap perubahan mukosa oral berhubungan dengan penurunan system imun ditandai dengan kebersihan mulut kurang, terdapat jamur disekitar mulut

C. PERENCANAAN
1. Diagnosa Keperawatan Pertama
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan out put yang berlebihan ditandai dengan diare 5x/hari konsistensi cair warna kuning, terdapat nyeri tekan, perut kembung, bising usus meningkat 38x/menit, porsi makan habis ¼ dari yang disediakan, BB menurun (I=65kg) (II=53kg)
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi dalam waktu 2x24 jam
Kriteria Hasil :
1. Porsi makan yang disediakan habis
2. Peristaltik Usus dapat kembali normal (5-35x/menit)
3. Pasien dapat BAB dengan normal 1-2x/hari
4. BB mengalami peningkatan min 1 kg
Rencana Tindakan :
1. Catat intake dan out put yang adekuat
2. Timbang BB tiap hari bila perlu
3. Dorong penderita untuk makan sesuai dengan diet TKTP sedikit tapi sering
4. Kolaborasi dengan ahli Gizi untuk membantu peningkatan BB
Rasional
1. Membantu perawatan yang tepat untuk mengurangi over hidrasi
2. Merupakan indicator untuk mengetahui status gizi
3. Diet yang tepat merupakan hal yang tepat dalam proses penyembuhan
4. Peningkatan gizi perlu dilakukan untuk mempertahankan BB
2. Diagnosa Keperawatan Kedua
Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan demam ditandai dengan Pasien lemah, suhu tubuh meningkat S= 38 c
Tujuan :
Demam berkurang atau suhu tubuh kembali normal dalam waktu 1x24 jam setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria Hasil :
2. Demam berkurang atau hilang
3. Pasien tampak rileks
4. Suhu kembali normal 37 c
Rencana Tindakan :
1. Kaji tentang penyebab Demam
2. Beri penjelasan pasien tentang penyebab demam
3. Berikan posisi yang nyaman
4. Lakukan kolaborasi dengan tim Medis dalam hal pengobatan
Rasional :
1. Untuk mengetahui tindakan yang akan dilakukan
2. Dengan memberikan penjelasan diharapkan pasien tidak merasa cemas
3. Diharapkan dapat memberikan kenyamanan pada pasien
4. Dengan melakukan kolaborasi dengan tim medis diharapkan dapat mengurangi atau menghilangkan demam
D. PELAKSANAAN
1. Diagnosa Keperawatan pertama
Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan out put yang berlebihanditandai dengan diare 5x/hari konsistensi cair, warna kuning, terdapat nyrio tekan, perut kembung, bising usus meningkat 38x/menitporsi makan habis ¼ dari yang disedfiakan, BB (I=65kg) (II=53kg)
Pelaksanaan tanggal 3 Desember 2004
1. Memberikan penjelasan tentang pentingnya nutrisi dan sebab gangguan pada saluran pencernaan
Respon : Padien mengerti dan sangat kooperatif
2. Memberikan diet TKTP dengan porsi sedikit tapi sering
Respon : Pasien dapat menghabiskan ½ porsi
3. Melakukan observasi dan catat mengenai pemasukan makanan
Respon : Pasien sangat kooperatif
2. Diagnosa Keperawatan Kedua
Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan demam ditandai dengan pasien lemah, suhu meningkat S= 38 c
Pelaksanaan tanggal 3 Desember 2004
1. Mengkaji penyabab demam
Respon : Pasien kooperatif
2. Memberi penjelasan kepada pasien tentang penyebab demam
Respon :Pasien mengangguk pertanda setujudan mengerti tentang apa yang disampaikan peawat
3. Memberikan posisi yang nyaman
Respon : Pasin mengatakan lebih nyaman
4 .Melakukan instruksi dokter dalam pengobatan
Respon : Pasien mau dilakukan tindakan dan sangat kooperatif

E. EVALUASI
Diagnosa Keperawatan Pertama
Tanggal 4 Desember 2004
Data Subyektif : Pasien mengatakan diare
Data Obyektif : BAB 5x/hari konsistensi cair, waran kuning, terdapat nyeri tekan, bising usus meningkat 38x/menit, porsi makan habis ¼ dari yang disediakan
Aisment : Masalah belum teratasi
Planing : Rencana tindakan no 1,2,3,4
Tanggal 5 Desember 2004
Data Subyektif : Pasien mengatakan masih diare
Data Obyektif : BAB 4x/hari konsistensi lembek, warna kuning, terdapat nyeri
tekan sedikit ,bising usus 30x/menit
Assesment : Masalah teratasi sebagian
Plannng : Rencana tindakan dilanjutkan no 1,2,3,4

Diagnosa Keperawatn Kedua
Tanggal 3 Desember 2004
Data Subyektif : Pasiuen mengatakan badannya panas
Data Obyektif : Suhu tubuh meningkat S= 38 c
Assesment : Masalah belum teratasi
Planning : Rencana tindakan no 1,2,3
Tanggal 4 Desember 2004
Data Subyektif : Pasien mengatakan tubuhnya sedikit panas
Data Obyektif : Suhu tubuh S= 37,6 c
Assesment : Masalah teratasi sebagian
Planning : Rencana Tindakan dilanjutkan no 1,2,3
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
AIDS disebabkan oleh virus yang disebut HIV. Virus masuk kedalam tubuh manusia melalui perantara darah, semen, dan secret vagina. Sebagian besar penularan terjadi melalui hubungan seksual. Infeksi HIV memberikan gambaran klinik yang tidak spesifik dengan spectrum yang lebar, mulai dari infeksi tanpa gejala pada stadium awal sampai pada gejala-gejala yang berat pada stadium lanjut.

B. SARAN
Diharapkan karena sampai saat ini belum diketahui vaksin atau obat yang efektif untuk pencegahan atau penyembuhan AIDS. Sehingga untuk menghindari dari terinfeksi HIV dan menekan penyebarannya cara yang utama adalah tindakan pencegahan melalui perubahan perilaku.




DAFTAR PUSTAKA

Djausi, Samsu Rizal. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi ketiga. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Duarsa, N. Wirya. 2003. Penyakit Menular seksual Edisi kedua Jakarta :FKUI
Carpenito, Lynda Juall; 2001. Diagnosa Keperawatan Edisi tujuh. Jakarta, EGC

Kamis, 07 April 2011

LP KLIEN ABLASIO RETINA

A. Pengertian
Ablasio retina adalah suatu keadaan terlepasnya sehingga terjadi penggumpalan cairan retina antara lapisan basilus (sebatang) dan konus (sel kerucut) dengan sel epitelium pigmen retina (Vera H. Darling Magaret R. 1996 : 73).

B. Etiologi
Ablasi dapat terjadi secara sepontan atau sekunder setelah strauma alabat adanya sobekan pada retina, cairan masuk kebelakanh dan mendorong retina (retmatogen) atau terjadi penimbunan eksudat dibawah retina sehingga retina terangkat (non regmatogen) atau takiran jaringan parut pada badan kaca (traksi). Penimbunan eksudan terjadi akibat penyakit koroid misalnya yang terjadi pada skleritis, korditis, tumor retro bulbar, uveltis dan toksemia gravidarum. Jaringan parut pada badan kaca dapat disebabkan diabetes militus proliferatif, trauma infeksi, atau paska bedah.

C. Patofisiologi
Terjadi ablasio retina ada dua macam, yaitu :
1. Non regmatogen (tanpa robekan retina), terjadi karena adanya aksudat dibawah lapisan retina, misal pada :
a. Inflamasi okuler yaitu : voght koyanogi harada disease.
b. Penyakit vaskuler okuler yaitu coat’g disease.
c. Penyakit vaskuler sistemik yaitu hipertensi maligna.
d. Tumor intra okuler yaitu melanoma khoroid hemangioma.
2. Retmatogen (dengan adanya robekan = tear, hole) menyebabkan masuknya cairan dari badan kaca ke ruang sub retina sehingga retina terdorong lepas, dari epitel pigmen.

D. Gejala Klinis
– Gejala dini : - Floaters.
- Fotopsia.
– Gangguan lapang pandang.
– Melihat seperti tirai.
– Visus menurun tanpa disertai rasa sakit.

Gejala Fisik
– Visus menurun.
– Gangguan lapang pandang.
– Pada pemeriksaan fundus okuli tampak retina yang terlepas berwarna pucat dengan pembuluh retina yang berkelok-kelok disertai atau tanpa adanya sobekan retina.

E. Pemeriksaan-Pemeriksaan
Pemeriksaan pada klien dengan ablasio retina dilakukan pemeriksaan fundus okuli yaitu dengan cara :
1. Dilatasi pupil dengan jalan pemberian tetes mata. Tetes mata yang digunakan yaitu tropikamide 0,5 % : 1 % (Midriatyi) ditetesi 3 kali dalam lima menit. Kemudian tunggu 20 sampai 30 menit dan tetes mata phenytephrine 10 % (efrisel).
2. Setelah pupil medriasis (dilebarkan), fundus okuli diperiksa dengan :
a. Oftalmoskop direk :
– Pembesaran bayangan 14 kali.
– Bayangan tegak.
– Hanya dapat diperiksa bagian posterior.
– Tidak stereoskopis.
b. Oftalmoskop indirek binokuler :
– Pembesaran bayangan 4 kali.
– Bayangan terbalik.
– Dapat diperiksa samapai retina bagian parifen, kalau perlu dapat ditamabah dengan indentasi sklera.
– Terlihat stereoskopis.
– Digunakan lensa 55 mm :
• 16 dioptri
• 20 dioptri :
: Bayangan besar, lapang pandang sempit.
Bayangan lebih kecil, lapang pandang luas.
Selain untuk pemeriksaan. Alat ini juga dipakan pada waktu oprasi ablasio retina.
c. Lensa kontak goldam – 3 mirror dengan biomikroskop
– Pembesaran 10 – 16 kali.
– Dengan anetesi lokal : tetracaine 0,5 % (paotocaink)
– Diberi metil cellukosa (CMC 2 %, Menthol 2 %) untuk lobrikasi lensa kontak.
– Dapat diperiksa sampai retina bagian perifer.
Selain untuk pemeriksaan, alat ini juga dipakai untuk Fotokoagulasi retina (dengan laser).
d. Lensa hruby dengan biomikroskop
Kekuatan lensa : - 55 dioptri.
Hanya untuk pemeriksaan bagian Sentral dari fundus okuli.
3. ditentukan lokalisasi ablasio retina (75 % tempural asal).
4. dicari dan ditentukan lokalisasi dari semua robekan retina harus diperiksa kedua mata. Karena ablasio retina merupakan penyakit mata yang cenderung birateral.

F. Diagnosa banding
1. Retinoskisi senil
2. Separasi koroid :
: Terlihat lebih transparan.
– Erliahat lebih gelap.
– Dapat melawati ora serat
Tumor korad (melamona maligna) : perlu pemeriksaan ultra sonografi (usg).

G. Penatalaksanan
– Penderita tirah baring sempurna.
– Mata yang sehat ditutup dengan bebat mata.
– Pada penderita dengan ablasio retina non regmatogen, jika penyakit primernya sudah diobati tetapi masih terdapat ablasio retina dapat dilakukan operasi cerlage.
– Pada ablasio retina regmatogen :
a. Fotokoagulasi retina : bila tedapat robekan retina dan belum terjadi separasi retina.
b. Plombage lokal : dengan silicone sponge dijahitkan pada epis klera pada daerah robekan retina (dikontrol dengan oftalmoskop indirek binokuler).
c. Membuat radang steril pada koroid dan epirtel pigmen pada daerah robekan retina dengan jalan :
– Pendinginan (eryo therapy ).
– Diatermi
d. Operasi circlage :
Oprasi ini dikerjakan untuk mengurangi tarikan bedah kaca pada keadaan cairan sub retina yng cuku banyak, dapat dilakukan fungsi lewat sklera.

Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktek keperawatan yang langsung diberikan pada klien atau pasien, pada berbagai tatanan Pelayanan Kesehatan denga menggunakan metodologi proses keperawatan berpedoman pada standart keperawatan, dilandasi etika keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan.

Asuhan keperawaan klien ablasio retina sebelum operasi.
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas tiga kegiatan yaitu pengumpulan data, pengelompokan data dan perumusan diagnosa keperawatan.
1. Pengumpulan data
Identitas klien meliputi : nama, jenis kelamin, alamat, agama, suku bangsa, pekerjaan, bahasa, nomer register, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis.
b. Riwayat penyakit sekarang
Adanya keluhan pada pengelihatan seperti : pengelihatan menurun melihat seperti ada kilat cahaya dalam lapangan pandang adanya tirai hitam yang menutupi pengelihatan.
c. Riwayat penyakit dahulu
Apakah klien pernah menderita penyakit ablosio retina sebelumnya miopi, retinopati serta pernahkan klien mengalami trauma.
d. Riwayat penyakit keluarga
Adakah riwayat keturunan dari salah satu anggota keluarga yang menderita ablosio retina ataupiun yang menderita miopi.
e. Riwayat psikososial dan spiritual
Bagaimana hubungan pasien dengan orang-orang disekitarnya serta bagaimana koping mekanisme yang digunakan oleh pasien dalam menghadapi masalah serta bagaimana tentang kegiatan ibadah yang dilakukan.
f. Pola-pola funsi kesehatan
1. Pola persepsi dan tatalaksana hidup
Kemampuan merawat diri pasien menurun dan juga terjadi perubahan pemeliharaan kesehatan.
2. Pola nutrisi dan metabolisme
Pada klien tidak mengalami perubahan nutrisi dan metabolisme.
3. Pola aktivitas dan latihan
Biasanya pada pola ini pasien mengalami ketidak aktifan diri dan ganguan.
4. Pola eliminasi
Pada klien tidak mengalami gangguan dan perubahan eliminasi.
5. Pola tidur dan istirahat
Pola tidur klien berubah sampai berkurangnya pemenuhan kebutuhan tidur klien.
6. Pola persepsi dan kognitif
Pengelihatan klien kabur, adanya tirai dan adanya kilatan cahaya pada pengelihatan.
7. Pola pesepsi dan konsep diri
Klien merasa resah dan cemas akan terjadi kebutaan.
8. Pola hubungan dan peran
Hubungan klien dengan orang disekitarnya menurun begitu juga dalam melaksanakan perannya.
9. Pola reproduksi dan seksual
Pola ini tidak mengalami gangguan.
10. Pola penanggulangan stress
Biasanya klien sering bertanya kapan akan dilakukan tindakan operasi dan merasa cemas karena takut terjadinya kecacatan pada penglihatan.
11. Pola tata nilai dan kepercayaan
Pola ini tidak mengalami gangguan.

2. Analisa data
Analisa data adalah kemampuan mengkaitkan data dan menghubungkan data tersebut dengan kosnep, teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan dan keperawatan pasien.

b. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (pola interaksi atau status kesehatan yang terganggu actual atau potensial) dari individu atau kelompok yang mana secara legal perawat dapat mengidentifikasi dan merencanakan tindakan tertentu untuk mempertahankan status kesehatan atau mengurangi, membatasi atau mencegah gangguan atau perubahan tersebut.
Dari data yang diperolah dapat ditemukan diagnosa pada pasien sebelum operasi, yaitu :
1. Cemas sehubungan dengan ancaman kehilangan pengelihatan.
2. Gangguan persepsi sensori pengelihatan sehubungan dengan lepasnya retina.
3. Potensial terjadinya kecelakaan sehubungan dengan penurunan penglihatan.

c. Perencanaan
1. Cemas sehubungan dengan anacaman kehilangan pengelihatan.
Tujuan : cemas berkurang / hilang.
KH : klien tidak menunjukkan tanda-tanda cemas seperti gelisah, wajah murung, pandangan kosong, klien nampak tenang.

Rencana tindakan :
1. Tanyakan faktor penyebab kecemasan.
2. Beri dorongan pada klien untuk mengutarakan perasaannya.
3. Beri informasi tentang hal-hal yang dapat menyebabkan penurunan pengelihatan (karena lepasnya retina).
4. Beri penjelasan tentang tujuan operasi.
5. Beri dorongan pada klien untuk mendekatkan diri pada Tuhan YME.

Rasional :
1. Dengan menanyakan akan didapatkan faktor yang menyebabkan kecemasan klien.
2. Dengan dorongan diharapkan klien dapat mengungkapkan perasaannya sehingga dapat mengurangi kecemasan.
3. Dengan infomasi akan mengurangi kecemasan karena ketidakj tahuan klien.
4. Penjelasan akan menambah pengetahuan dan menambah rasa percaya diri.
5. Perasaan aman dan tenang akan timbul bila klien mendekatkan diri pada Tuhan YME.

2. Gangguan persepsi sensori pengelihatan sehubungan dengan efek dari lepasnya retina.
Tujuan : Gangguan persepsi sensori pengelihatan dapat diatasi.
KH : - Klien dapat menggambarkan obyek yang dilihat sesuai dengan yang sebenarnya.
- Klien mengungkapkan tidak ada keluhan dalam pengelihatan lebih lanjut.

Rencana tindakan :
1. Orientasikan dengan ruangan, pegawai dan penderita lain dalam ruangan.
2. Kunjungilah klien sesering mungkin untuk membantu kebutuhannya terutama pada malam hari.
3. Perhatikan penglihatan yang kabur dan suram iritasi mata yang timbul.
4. Beri pengamanan pada samping tempat tidur baik kanan maupun kiri.
5. Bantu klien makan, kebersihan diri dan berjalan bila diperlukan.
6. Letakkan bel pemanggil didekat tempat tidur klien.
Rasional :
1. Dengan memberikan orientasi untuk meningkatkan rasa nyaman dan rasa kekeluargaan bagi klien sehingga mengurangi dis orientasi.
2. Dengan mengunjungi klien diharapkan kebutuhan klien dapat di bantu.
3. dengan memperhatikan secara dini dapat menghindarkan hal-hal yang tidak diinginkan / komplikasi yang lebih lanjut.
4. Dengan adanya gangguan penglihatan potensial terjadinya cedera / kecelakaan.
5. Untuk memenuhi kebutuhan sehingga klien merasa nyaman.
6. Memudahkan klien untuk memanggil perawat bila memerlukan bantuan.
3. Potensial terjadinya kecelakaan sampai dengan penurunan penglihatan.
Tujuan
KH :
: Klien tidak mengalami kecelakaan / perlukaan yang terjadi.
Tidak terjadi kehilangan penglihatan lebih lanjut klien tidak tidak mengeluh nyeri.
Rencana tindakan :
1. Pertahankan posisi klien sesuai yang dianjurkan.
2. Anjurkan pada klien untuk bedrest dan menghindari aktifitas yang berlebihan.
3. Bantu keperluan klien dan hindarkan terjadi benturan.
4. Letakkan alat yang diperlukan didekat pasien.
Rasional :
1. Dengan posisi terlentang akan mencegah lepasnya retini dan terjadinya perlukaan.
2. Dengan bedrest akan mencegah retina lebih parah.
3. Dengan memberikan bantuan pada klien akan mengurangi terjadinya kecelakaan.
4. Memudahkan klien untuk mengambilnya.
d. Pelaksanaan.
Adalah pengelolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah ditentukan, meliputi tindakan dependent, independent, dan interdependent, usaha tersebut dilakukan untuk membantu klien dalam mencegah masalahnya serta membantu untuk memenuha kebutuhan klien. Tahap pelaksanaan dilakukan berdasarkan rencana tindakan yang telah ditentukan pada tahap perencanaan dan juga harus disesuaikan dengan kondisi klien saat dilakukan tindakan.
e. Evaluasi.
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, tahap ini dimaksudkan untuk menilai apakah tujuan, kriteria hasil sudah tercapai atau belum dan untuk melakukan pengkajian ulang. Evaluasi berhasil bila tujuan dan kriteria hasil sudah tercapai, begitu pula sebaliknya.





DAFTAR PUSTAKA

– Carpenito Juall Lynda, Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8, EGC : 1998.
– Effendi, Nasrul (1995), Pengantar Proses Keperawatan, EGC, Jakarta.
– Junaidi, Purnawan (1989). Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta.
– Lismidar H, dkk : 1990. Proses Keperawatan, Jakarta Penerbit Universitas Indonesia.
– Pedoman diagnosa dan terapi lab Ilmu Penyakit Mata 1994 RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

Selasa, 05 April 2011

LP ASKEP ABLASIO RETINA

LAPORAN PENDAHULUAN (LP)
PADA KLIEN ABLASIO RETINA DI RUANG MATA

A. Pengertian
Ablasio retina adalah suatu keadaan terlepasnya sehingga terjadi penggumpalan cairan retina antara lapisan basilus (sebatang) dan konus (sel kerucut) dengan sel epitelium pigmen retina (Vera H. Darling Magaret R. 1996 : 73).

B. Etiologi
Ablasi dapat terjadi secara sepontan atau sekunder setelah strauma alabat adanya sobekan pada retina, cairan masuk kebelakanh dan mendorong retina (retmatogen) atau terjadi penimbunan eksudat dibawah retina sehingga retina terangkat (non regmatogen) atau takiran jaringan parut pada badan kaca (traksi). Penimbunan eksudan terjadi akibat penyakit koroid misalnya yang terjadi pada skleritis, korditis, tumor retro bulbar, uveltis dan toksemia gravidarum. Jaringan parut pada badan kaca dapat disebabkan diabetes militus proliferatif, trauma infeksi, atau paska bedah.

C. Patofisiologi
Terjadi ablasio retina ada dua macam, yaitu :
1. Non regmatogen (tanpa robekan retina), terjadi karena adanya aksudat dibawah lapisan retina, misal pada :
a. Inflamasi okuler yaitu : voght koyanogi harada disease.
b. Penyakit vaskuler okuler yaitu coat’g disease.
c. Penyakit vaskuler sistemik yaitu hipertensi maligna.
d. Tumor intra okuler yaitu melanoma khoroid hemangioma.
2. Retmatogen (dengan adanya robekan = tear, hole) menyebabkan masuknya cairan dari badan kaca ke ruang sub retina sehingga retina terdorong lepas, dari epitel pigmen.

D. Gejala Klinis
– Gejala dini : - Floaters.
- Fotopsia.
– Gangguan lapang pandang.
– Melihat seperti tirai.
– Visus menurun tanpa disertai rasa sakit.

Gejala Fisik
– Visus menurun.
– Gangguan lapang pandang.
– Pada pemeriksaan fundus okuli tampak retina yang terlepas berwarna pucat dengan pembuluh retina yang berkelok-kelok disertai atau tanpa adanya sobekan retina.

E. Pemeriksaan-Pemeriksaan
Pemeriksaan pada klien dengan ablasio retina dilakukan pemeriksaan fundus okuli yaitu dengan cara :
1. Dilatasi pupil dengan jalan pemberian tetes mata. Tetes mata yang digunakan yaitu tropikamide 0,5 % : 1 % (Midriatyi) ditetesi 3 kali dalam lima menit. Kemudian tunggu 20 sampai 30 menit dan tetes mata phenytephrine 10 % (efrisel).
2. Setelah pupil medriasis (dilebarkan), fundus okuli diperiksa dengan :
a. Oftalmoskop direk :
– Pembesaran bayangan 14 kali.
– Bayangan tegak.
– Hanya dapat diperiksa bagian posterior.
– Tidak stereoskopis.
b. Oftalmoskop indirek binokuler :
– Pembesaran bayangan 4 kali.
– Bayangan terbalik.
– Dapat diperiksa samapai retina bagian parifen, kalau perlu dapat ditamabah dengan indentasi sklera.
– Terlihat stereoskopis.
– Digunakan lensa 55 mm :
• 16 dioptri
• 20 dioptri :
: Bayangan besar, lapang pandang sempit.
Bayangan lebih kecil, lapang pandang luas.
Selain untuk pemeriksaan. Alat ini juga dipakan pada waktu oprasi ablasio retina.
c. Lensa kontak goldam – 3 mirror dengan biomikroskop
– Pembesaran 10 – 16 kali.
– Dengan anetesi lokal : tetracaine 0,5 % (paotocaink)
– Diberi metil cellukosa (CMC 2 %, Menthol 2 %) untuk lobrikasi lensa kontak.
– Dapat diperiksa sampai retina bagian perifer.
Selain untuk pemeriksaan, alat ini juga dipakai untuk Fotokoagulasi retina (dengan laser).
d. Lensa hruby dengan biomikroskop
Kekuatan lensa : - 55 dioptri.
Hanya untuk pemeriksaan bagian Sentral dari fundus okuli.
3. ditentukan lokalisasi ablasio retina (75 % tempural asal).
4. dicari dan ditentukan lokalisasi dari semua robekan retina harus diperiksa kedua mata. Karena ablasio retina merupakan penyakit mata yang cenderung birateral.

F. Diagnosa banding
1. Retinoskisi senil
2. Separasi koroid :
: Terlihat lebih transparan.
– Erliahat lebih gelap.
– Dapat melawati ora serat
Tumor korad (melamona maligna) : perlu pemeriksaan ultra sonografi (usg).

G. Penatalaksanan
– Penderita tirah baring sempurna.
– Mata yang sehat ditutup dengan bebat mata.
– Pada penderita dengan ablasio retina non regmatogen, jika penyakit primernya sudah diobati tetapi masih terdapat ablasio retina dapat dilakukan operasi cerlage.
– Pada ablasio retina regmatogen :
a. Fotokoagulasi retina : bila tedapat robekan retina dan belum terjadi separasi retina.
b. Plombage lokal : dengan silicone sponge dijahitkan pada epis klera pada daerah robekan retina (dikontrol dengan oftalmoskop indirek binokuler).
c. Membuat radang steril pada koroid dan epirtel pigmen pada daerah robekan retina dengan jalan :
– Pendinginan (eryo therapy ).
– Diatermi
d. Operasi circlage :
Oprasi ini dikerjakan untuk mengurangi tarikan bedah kaca pada keadaan cairan sub retina yng cuku banyak, dapat dilakukan fungsi lewat sklera.

Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktek keperawatan yang langsung diberikan pada klien atau pasien, pada berbagai tatanan Pelayanan Kesehatan denga menggunakan metodologi proses keperawatan berpedoman pada standart keperawatan, dilandasi etika keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan.

Asuhan keperawaan klien ablasio retina sebelum operasi.
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas tiga kegiatan yaitu pengumpulan data, pengelompokan data dan perumusan diagnosa keperawatan.
1. Pengumpulan data
Identitas klien meliputi : nama, jenis kelamin, alamat, agama, suku bangsa, pekerjaan, bahasa, nomer register, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis.
b. Riwayat penyakit sekarang
Adanya keluhan pada pengelihatan seperti : pengelihatan menurun melihat seperti ada kilat cahaya dalam lapangan pandang adanya tirai hitam yang menutupi pengelihatan.
c. Riwayat penyakit dahulu
Apakah klien pernah menderita penyakit ablosio retina sebelumnya miopi, retinopati serta pernahkan klien mengalami trauma.
d. Riwayat penyakit keluarga
Adakah riwayat keturunan dari salah satu anggota keluarga yang menderita ablosio retina ataupiun yang menderita miopi.
e. Riwayat psikososial dan spiritual
Bagaimana hubungan pasien dengan orang-orang disekitarnya serta bagaimana koping mekanisme yang digunakan oleh pasien dalam menghadapi masalah serta bagaimana tentang kegiatan ibadah yang dilakukan.
f. Pola-pola funsi kesehatan
1. Pola persepsi dan tatalaksana hidup
Kemampuan merawat diri pasien menurun dan juga terjadi perubahan pemeliharaan kesehatan.
2. Pola nutrisi dan metabolisme
Pada klien tidak mengalami perubahan nutrisi dan metabolisme.
3. Pola aktivitas dan latihan
Biasanya pada pola ini pasien mengalami ketidak aktifan diri dan ganguan.
4. Pola eliminasi
Pada klien tidak mengalami gangguan dan perubahan eliminasi.
5. Pola tidur dan istirahat
Pola tidur klien berubah sampai berkurangnya pemenuhan kebutuhan tidur klien.
6. Pola persepsi dan kognitif
Pengelihatan klien kabur, adanya tirai dan adanya kilatan cahaya pada pengelihatan.
7. Pola pesepsi dan konsep diri
Klien merasa resah dan cemas akan terjadi kebutaan.
8. Pola hubungan dan peran
Hubungan klien dengan orang disekitarnya menurun begitu juga dalam melaksanakan perannya.
9. Pola reproduksi dan seksual
Pola ini tidak mengalami gangguan.
10. Pola penanggulangan stress
Biasanya klien sering bertanya kapan akan dilakukan tindakan operasi dan merasa cemas karena takut terjadinya kecacatan pada penglihatan.
11. Pola tata nilai dan kepercayaan
Pola ini tidak mengalami gangguan.

2. Analisa data
Analisa data adalah kemampuan mengkaitkan data dan menghubungkan data tersebut dengan kosnep, teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan dan keperawatan pasien.

b. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (pola interaksi atau status kesehatan yang terganggu actual atau potensial) dari individu atau kelompok yang mana secara legal perawat dapat mengidentifikasi dan merencanakan tindakan tertentu untuk mempertahankan status kesehatan atau mengurangi, membatasi atau mencegah gangguan atau perubahan tersebut.
Dari data yang diperolah dapat ditemukan diagnosa pada pasien sebelum operasi, yaitu :
1. Cemas sehubungan dengan ancaman kehilangan pengelihatan.
2. Gangguan persepsi sensori pengelihatan sehubungan dengan lepasnya retina.
3. Potensial terjadinya kecelakaan sehubungan dengan penurunan penglihatan.

c. Perencanaan
1. Cemas sehubungan dengan anacaman kehilangan pengelihatan.
Tujuan : cemas berkurang / hilang.
KH : klien tidak menunjukkan tanda-tanda cemas seperti gelisah, wajah murung, pandangan kosong, klien nampak tenang.

Rencana tindakan :
1. Tanyakan faktor penyebab kecemasan.
2. Beri dorongan pada klien untuk mengutarakan perasaannya.
3. Beri informasi tentang hal-hal yang dapat menyebabkan penurunan pengelihatan (karena lepasnya retina).
4. Beri penjelasan tentang tujuan operasi.
5. Beri dorongan pada klien untuk mendekatkan diri pada Tuhan YME.

Rasional :
1. Dengan menanyakan akan didapatkan faktor yang menyebabkan kecemasan klien.
2. Dengan dorongan diharapkan klien dapat mengungkapkan perasaannya sehingga dapat mengurangi kecemasan.
3. Dengan infomasi akan mengurangi kecemasan karena ketidakj tahuan klien.
4. Penjelasan akan menambah pengetahuan dan menambah rasa percaya diri.
5. Perasaan aman dan tenang akan timbul bila klien mendekatkan diri pada Tuhan YME.

2. Gangguan persepsi sensori pengelihatan sehubungan dengan efek dari lepasnya retina.
Tujuan : Gangguan persepsi sensori pengelihatan dapat diatasi.
KH : - Klien dapat menggambarkan obyek yang dilihat sesuai dengan yang sebenarnya.
- Klien mengungkapkan tidak ada keluhan dalam pengelihatan lebih lanjut.

Rencana tindakan :
1. Orientasikan dengan ruangan, pegawai dan penderita lain dalam ruangan.
2. Kunjungilah klien sesering mungkin untuk membantu kebutuhannya terutama pada malam hari.
3. Perhatikan penglihatan yang kabur dan suram iritasi mata yang timbul.
4. Beri pengamanan pada samping tempat tidur baik kanan maupun kiri.
5. Bantu klien makan, kebersihan diri dan berjalan bila diperlukan.
6. Letakkan bel pemanggil didekat tempat tidur klien.
Rasional :
1. Dengan memberikan orientasi untuk meningkatkan rasa nyaman dan rasa kekeluargaan bagi klien sehingga mengurangi dis orientasi.
2. Dengan mengunjungi klien diharapkan kebutuhan klien dapat di bantu.
3. dengan memperhatikan secara dini dapat menghindarkan hal-hal yang tidak diinginkan / komplikasi yang lebih lanjut.
4. Dengan adanya gangguan penglihatan potensial terjadinya cedera / kecelakaan.
5. Untuk memenuhi kebutuhan sehingga klien merasa nyaman.
6. Memudahkan klien untuk memanggil perawat bila memerlukan bantuan.
3. Potensial terjadinya kecelakaan sampai dengan penurunan penglihatan.
Tujuan
KH :
: Klien tidak mengalami kecelakaan / perlukaan yang terjadi.
Tidak terjadi kehilangan penglihatan lebih lanjut klien tidak tidak mengeluh nyeri.
Rencana tindakan :
1. Pertahankan posisi klien sesuai yang dianjurkan.
2. Anjurkan pada klien untuk bedrest dan menghindari aktifitas yang berlebihan.
3. Bantu keperluan klien dan hindarkan terjadi benturan.
4. Letakkan alat yang diperlukan didekat pasien.
Rasional :
1. Dengan posisi terlentang akan mencegah lepasnya retini dan terjadinya perlukaan.
2. Dengan bedrest akan mencegah retina lebih parah.
3. Dengan memberikan bantuan pada klien akan mengurangi terjadinya kecelakaan.
4. Memudahkan klien untuk mengambilnya.
d. Pelaksanaan.
Adalah pengelolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah ditentukan, meliputi tindakan dependent, independent, dan interdependent, usaha tersebut dilakukan untuk membantu klien dalam mencegah masalahnya serta membantu untuk memenuha kebutuhan klien. Tahap pelaksanaan dilakukan berdasarkan rencana tindakan yang telah ditentukan pada tahap perencanaan dan juga harus disesuaikan dengan kondisi klien saat dilakukan tindakan.
e. Evaluasi.
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, tahap ini dimaksudkan untuk menilai apakah tujuan, kriteria hasil sudah tercapai atau belum dan untuk melakukan pengkajian ulang. Evaluasi berhasil bila tujuan dan kriteria hasil sudah tercapai, begitu pula sebaliknya.



DAFTAR PUSTAKA

– Carpenito Juall Lynda, Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8, EGC : 1998.
– Effendi, Nasrul (1995), Pengantar Proses Keperawatan, EGC, Jakarta.
– Junaidi, Purnawan (1989). Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta.
– Lismidar H, dkk : 1990. Proses Keperawatan, Jakarta Penerbit Universitas Indonesia.
– Pedoman diagnosa dan terapi lab Ilmu Penyakit Mata 1994 RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

L.P ASKEP ABORTUS

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSA
A B O R T U S INCOMPLET


A.PENGERTIAN
Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar. Atau berakhirnya kehamilan pada usia kehamilan kurang 20 minggu dan berat badan anak kurang dari 500 gram.
Abortus adalah Berakhirnya masa kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar (Bagian Obgyn Unpad, 1999).
Abortus adalah Pengeluaran atau ekstraksi janin atau embrio yang berbobot 500 gram atau kurang dari ibunya yang kira – kira berumur 20 sampai 22 minggu kehamilan (Hacker and Moore, 2001).
Abortus incomplet adalah (keguguran tidak lengkap). Sebagian dari buah kehamilan telah dilahirkan tetapi sebgaian (biasanya jaringan palsneta) masih tertinggal di rahim.

B. PENYEBAB
1. Karena kelainan telur menyebabkan kelainan pertumbuhan.
2. Penyakit ibu :
a. Infeksi akut : pneumonia, thypus
b. Kekurangan hormone progesteron
c. Trauma (operasi, kecelakaan)
d. Kelainan alat kandungan.
e. Ovum patologik (blighted ovum)
3.factor lingkungan : radiasi alcohol dan lain-lan.

C. TANDA DAN GEJALA
Abortus inkomplit
- Janin sudah keluar tetapi perdarahan masih terus berlangsung karena masih ada plasenta yang tertinggal.
- Nyeri perut bagian bawah
- Dilatasi servik akibat masih adanya hasil konsepsi didalam uterus yang dianggap sebagai corpus linneum
- Keluarnya hasil konsepsi

D.PATOFISIOLOGI


Rangsangan pada uterus Lepasnya buah kehamilan Terganggunya psikologis ibu
dari implantasinya
Kontraksi uterus Kecemasan
Terputusnya pembuluh darah ibu Defisit knowledge
Prostaglandin meningkat
Perdarahan dan nekrose desidua

Dilatasi serviks Resiko defisit volume cairan

Nyeri Resiko terjadi infeksi

E. KOMPLIKASI
1. Perdarahan –anemia -syock
2. Infeksi

F. PEMERIKASAAN DIAGNOSTIK
1.test HCG urine:indikator kehamilan positif
2.Ultrasonografi :kondisi janin

G.PENATALAKSANAAN
1.memperbaiki keadaan umum
2.mengosongkan isi uterus (curretge)
3.ganti darah yag hilang
4.cegah infeksi dengan anti biotik

B.KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
a.pengkajian

1. identitas pasien meliputi nama,umur pendidikan,alamat,agama,status.
2. keluhan utama :perut mules ,perdarahan pervagina
3. riwayat kesehatan
a. riwayat kesehatan lalu
penyakit yang pernah diderita klien sebelumnya misalnya tyipus diabetes melitus dan lain-lain yang menjadi slah satu faktor terjadinya abortus.
b. riwayat kesehatan sekarang
perut mules,keluar darah pervagina,kadang terdapat gumpalan yang meruakan tanda terjadinya abortus.
c. riwayat kesehatan keluarga
penyakityang diderita keluarga misalnya diabetes melitus dan lain lain
d. riwayat psikososial
kehamilan yang direncanakan atau tidak dan bagaimana klien dan keluarga menerima kehamilan ini.
4. riwayat obstetri
a.riwayat haid meiputi awal haid,siklus,keteraturan haid,dan HPHT.
b.riwayat kebidanan ;riwayat persalinan dahuli pada multi grafida.
5. pola fungsi kesehatan
meliputi pola persepsi dan tata laksana hidup sehat,pola nutrisi dan metabolisme,pola aktifitas,eliminasi,tidur.istirahat,pola sensori dan kognitif,pola persepsi diri,pola hubungan peran,pola reproduksi dan seksual,pola penanggulangan stess,pola tat nilai dan kepercayaan.
6. pemerikasaan umum dn fisik
pemerikasaan umum meliputi tekanan darah.nadi,suhu,
pemerikasaan fisik meliputi kepala,abdomen,genitalia dan lain-lain

b.Diagnosa Keperawatan
1.gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus
2.cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakitnya
3.resiko terjadi infeksi berhubungan dengan perdarahan
4.resiko devisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan

C.Perencanaan
1. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami,
Kriteria hasil :klien tenang,klien mampu beradaptasi ,TTV dalam batas normal.
Intervensi :
a. Kaji kondisi nyeri yang dialami klien
R : Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan skala maupun deskripsi.
b. Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya
R : Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi nyeri
c. Kolaborasi pemberian analgetika
R : Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan pemberian analgetika oral maupun sistemik dalam spectrum luas/spesifik
d. Lakukan pendidikan kesehatan teknik distraksi
R : Adaptasi terhadap nyeri merupakan teknik yang dapat menurunkan nyeri disamping kecemasan
2. Resiko tinggi Infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi vulva lembab
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan tidak terjadi infeksi selama perdarahan berlangsung
Kriteria hasil :tidak terjadi infeksi,TTV dalam batas normal




Intervensi :
a. Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau
R : Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat dischart keluar. Adanya warna yang lebih gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan tanda infeksi
b. Terangkan pada klien pentingnya perawatan vulva selama masa perdarahan
R : Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital yang lebih luar
c. Lakukan perawatan vulva
R :Inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat dapat menyebabkan infeksi.
d. Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda inveksi.
R : Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik infeksi; demam dan peningkatan rasa nyeri mungkin merupakan gejala infeksi
e. Anjurkan pada suami untuk tidak melakukan hubungan senggama selama masa perdarahan
R : Pengertian pada keluarga sangat penting artinya untuk kebaikan ibu; senggama dalam kondisi perdarahan dapat memperburuk kondisi system reproduksi ibu dan sekaligus meningkatkan resiko infeksi pada pasangan.
3. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien tidak merasa cemas, pengetahuan klien dan keluarga terhadap penyakit meningkat
Kriteria hasil:klien tidak cemas,klien tenang,TTV dalam batas normal
Intervensi :
f. Kaji tingkat pengetahuan/persepsi klien dan keluarga terhadap penyakit
R : Ketidaktahuan dapat menjadi dasar peningkatan rasa cemas
g. Kaji derajat kecemasan yang dialami klien
R : Kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan penurunan penialaian objektif klien tentang penyakit
h. Bantu klien mengidentifikasi penyebab kecemasan
R : Pelibatan klien secara aktif dalam tindakan keperawatan merupakan support yang mungkin berguna bagi klien dan meningkatkan kesadaran diri klien
i. Asistensi klien menentukan tujuan perawatan bersama
R : Peningkatan nilai objektif terhadap masalah berkontibusi menurunkan kecemasan


j. Terangkan hal-hal seputar aborsi yang perlu diketahui oleh klien dan keluarga
R : Konseling bagi klien sangat diperlukan bagi klien untuk meningkatkan pengetahuan dan membangun support system keluarga; untuk mengurangi kecemasan klien dan keluarga.
4. Devisit Volume Cairan berhubungan dengan Perdarahan
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, maka Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output baik jumlah maupun kualitas.
Krteria hasil:keseimbangan cauran klien terjaga dan terpenuhi,TTV dalam batas normal.
Intervensi :
a. Kaji kondisi status hemodinamika
Rasional : Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat abortus memiliki karekteristik bervariasi
b. Ukur pengeluaran harian
Rasional : Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah dengan jumlah cairan yang hilang pervaginal
c. Anjurkan klien memenuhi kebutuhan cairan
Rasional : Motivasi untuk memenuhi kebutuhan cairan
5. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami,
Intervensi :
a. Kaji kondisi nyeri yang dialami klien
R : Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan skala maupun deskripsi.
b. Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya
R : Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi nyeri
c. Kolaborasi pemberian analgetika
R : Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan pemberian analgetika oral maupun sistemik dalam spectrum luas/spesifik
d. Lakukan pendidikan kesehatan teknik distraksi
R : Adaptasi terhadap nyeri merupakan teknik yang dapat menurunkan nyeri disamping kecemasan


DAFTAR PUSTAKA


1. Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad (1981) Obstetri Patologi, Elstar Offset, Bandung
2. JNPKKR-POGI (2000), Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
3. Wong,Dona L& Perry, Shanon W (1998) Maternal Child Nursing Care, Mosby Year Book Co., Philadelphia
4. – (--), Protap Pelayanan Kebidanan RSUD Dr. Sutomo Surabaya, Surabaya